Tips Mengisi Liburan Sekolah
Nama ku
Achmad Sufanto
23.26
Setelah menerima hasil evaluasi selama 1 (satu) semester (menerima rapor), tibalah waktunya untuk liburan sekolah. Kurang lebih dua minggu waktu liburan sekolah, dan mungkin akan terasa menjemukan bila tidak diisi dengan kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat. Oleh karena itu Sahabat SMART, ada baiknya waktu liburan sekolah diisi kegiatan liburan dengan kegiatan yang bermanfaat dan tidak menjemukan antara lain sebagai berikut:
1. Rekreasi
Setelah berkutat dengan kegiatan belajar di sekolah selama 1 semester kemarin ada baiknya rekreasi untuk me-refresh otak supaya segar kembali. Rekreasi tidak harus mahal, bisa dilakukan dengan cara yang lebih irit misalnya kamping, hiking atau ke rumah saudara di kampung. Sehari atau 2 hari cukup untuk kegiatan ini
2. Menyalurkan Hobby
Bagi yang suka berkebun, beternak, lah raga, photografi, travelling atau yang lainnya liburan bisa digunakan untuk menyalurkan hobinya. Bisa lebih leluasa untuk bereksprimen dan berinovasi karena waktunya memang lebih senggang dibandingkan dengan waktu pada aktifnya KBM di sekolah. Bisa dilakukan selama liburan
3. Mengembangkan Ilmu
Bagi yang suka membaca dan suka hal-hal yang berbau teknologi/IT, ini kesempatan untuk menambah ilmu di luar jam pelajaran di sekolah. Bisa mengunjungi Perpustakaan Daerah, toko Buku, Bursa-bursa Buku,dengan maksud bisa membaca buku-buku keilmuwan ini akan menambah wawasan di luar sekolah. Atau bisa browsing di internet ke situs-situs yang mengulas tentang ilmu-ilmu yang ada kaitanya dengan teknologi. Pastilah akan menambah keilmuwan di luar jam sekolah. Dilakukan kapanpun selama liburan
4. Membentuk Kelompok Belajar (terutama yang mau UAN)
Liburan bukan berarti meninggalkan aktivitas untuk belajar. Ujian Akhir Nasional (UAN) untuk tingkat 3 sudah di depan mata. Oleh karena itu, dengan membentuk kelompok belajar akan bermanfaat untuk mempersiapakan diri dalam menghadapi UAN nanti
5. Komunikasi antar Teman
Walaupun kegiatan yang dilakukan banyak di rumah masing-masing tetapi ada baiknya senantiasa berkomunikasi antar teman sekelas. Selain untuk mempererat persabahatan juga bisa untuk bertukar informasi dari teman-teman yang ada di rumahnya masing-masing
6. Meningkatkan pemahaman agama
Pada masa liburan, bisa menjadi kesempatan yang lebih baik bagi pelajar untuk meningkatkan pemahaman keagamaan. Di mana masa liburan bisa di isi dengan mengikuti berbagai kegiatan agama, seperti siraman rohani, pesantren kilat, dan lainnya
7. Menjalin keakraban dengan kerabat keluarga
Masa liburan biasanya identik dengan mengunjungi nenek, kakek, ataupun sanak saudara. Jadi tidak ada salahnya jika masa liburan kali ini, digunakan untuk mengunjungi sanak famili yang mungkin sudah lama tidak dikunjungi. Dengan saling berkunjung akan membuat rasa rindu terobati dan tentunya akan menambah keakraban di antara anggota keluarga
8. Melakukan kegiatan sosial
Melakukan kegiatan sosial untuk mengasah rasa kepekaan terhadap orang lain. Di saat sekolah, mungkin pelajar hanya disibukkan dengan belajar dan menyelesaikan berbagai tugas yang diberikan oleh guru sehingga tidak memiliki waktu untuk berbagi dengan orang lain. Nah, di masa liburan sekolah ini, pelajar bisa mengikuti berbagai kegiatan sosial seperti gotong royong bersama. Hal ini selain bisa mengasah rasa kepedulian dan kepekaan kita terhadap orang lain, juga untuk menambah teman sehingga lebih memperkuat silahturrahim
9. Mengikuti kursus/les
Mengikuti kursus/les sesuai dengan bidang keahlian yang ingin dicapai atau sekedar untuk meningkatkan kemampuan/kompetensi diri seperti : kursus akuntansi, komputer, pajak ataupun bahasa Inggris
Berapa alternatif untuk mengisi waktu liburan sekolah yang bisa kita pilih agar bisa waktu liburan lebih bermanfaat tidak sekedar bersenang-senang dan menghabiskan waktu saja. Kemampuan untuk pengembangan aspek akademik, sosial, budaya, agama dan pengembangan diri dan kepribadian siswa dapat kita gunakan sebagai acuan memilih jenis kegiatan yang akan dipilih, tinggal siswa sendiri yang menentukan pilihan bidang apa yang ingin dicapai atau prioritas untuk liburan tahun ini. Silahkan mencoba mudah-mudahan bermanfaat
Melongok Kehidupan Suku Baduy - Banten
Nama ku
Achmad Sufanto
00.02
Provinsi Banten memiliki masyarakat tradisional yang masih memegang teguh adat tradisi yaitu Suku Baduy. Suku Baduy mendiami kawasan Pegunungan Keundeng, tepatnya di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.
Masyarakat Baduy memiliki tanah adat kurang lebih sekitar 5.108 hektar yang terletak di Pegunungan Keundeng. Mereka memiliki prinsip hidup cinta damai, tidak mau berkonflik dan taat pada tradisi lama serta hukum adat.
Kadang kala suku Baduy juga menyebut dirinya sebagai orang Kanekes, karena berada di Desa Kanekes. Mereka berada di wilayah Kecamatan Leuwidamar. Perkampungan mereka berada di sekitar aliran sungai Ciujung dan Cikanekes di Pegunungan Keundeng. Atau sekitar 172 km sebelah barat ibukota Jakarta dan 65 km sebelah selatan ibu kota Serang.
Masyarakat suku Baduy sendiri terbagi dalam dua kelompok. Kelompok terbesar disebut dengan Baduy Luar atau Urang Panamping yang tinggal disebelah utara Kanekes. Mereka berjumlah sekitar 7 ribuan yang menempati 28 kampung dan 8 anak kampung. Sementara di bagian selatannya dihuni masyarakat Baduy Dalam atau Urang Tangtu. Diperkirakan mereka berjumlah 800an orang yang tersebar di Kampung Cikeusik, Cibeo dan Cikartawana.
Kedua kelompok ini memang memiliki ciri yang beda. Bila Baduy Dalam menyebut Baduy Luar dengan sebutan Urang Kaluaran, sebaliknya Badui Luar menyebut Badui Dalam dengan panggilan Urang Girang atau Urang Kejeroan. Ciri lainnya, pakaian yang biasa dikenakan Baduy Dalam lebih didominasi berwarna putih-putih. Sedangkan, Baduy Luar lebih banyak mengenakan pakaian hitam dengan ikat kepala bercorak batik warna biru.
Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, masyarakat yang memiliki konsep inti kesederhanaan ini belum pernah mengharapkan bantuan dari luar. Mereka secara mandiri dengan cara bercocok tanam dan berladang. Selain itu mereka menjual hasil kerajinan seperti Koja dan Jarog(tas yang terbuat dari kulit kayu), tenunan berupa selendang, baju, celana, ikat kepala, sarung, golok, parang dan berburu.
Masyarakat Baduy sangat taat pada pimpinan yang tertinggi yang disebut Puun. Puun ini bertugas sebagai pengendali hukum adat dan tatanan kehidupan masyarakat yang menganut ajaran Sunda Wiwitan peninggalan nenek moyangnya. Setiap kampung di Baduy Dalam dipimpin oleh seorang Puun, yang tidak boleh meninggalkan kampungnya. Pucuk pimpinan adat dipimpin oleh Puun Tri Tunggal, yaitu Puun Sadi di Kampung Cikeusik, Puun Janteu
di Kampung Cibeo dan Puun Kiteu di Cikartawana.
Sedangkan wakilnya pimpinan adat ini disebut Jaro Tangtu yang berfungsi sebagai juru bicara dengan pemerintahan desa, pemerintah daerah atau pemerintah pusat. Di Baduy Luar sendiri mengenal sistem pemerintahan kepala desa yang disebut Jaro Pamerentah yang dibantu Jaro Tanggungan, Tanggungan dan Baris Kokolot.
Keberadaan masyarakat Baduy sendiri sering dikaitkan dengan Kerajaan Sunda (Pajajaran) di abad 15 dan 16. Saat itu, kerajaan Pajajaran yang berlokasi di Bogor memiliki pelabuhan dagang besar di Banten, termasuk alamnya perlu diamankan. Nah, tugas pengamanan ini dilakukan oleh pasukan khusus untuk mengelola kawasan berhutan lebat dan berbukit di wilayah Gunung Kendeng tersebut. Keberadaan pasukan ini yang diyakini sebagai cikal bakal suku Baduy.
Ada pula yang mempercayai awal kebedaraan suku Baduy, merupakan sisa-sisa pasukan Pajajaran yang setia pada Prabu Siliwangi. Mereka melarikan diri dari kejaran pasukan Sultan Banten dan Cirebon. Namun pada akhirnya, mereka dilindungi Kesultanan Banten dan diberi otonomi khusus.
Sumber : http://ekspresi-diri.blogspot.com
Masyarakat Baduy memiliki tanah adat kurang lebih sekitar 5.108 hektar yang terletak di Pegunungan Keundeng. Mereka memiliki prinsip hidup cinta damai, tidak mau berkonflik dan taat pada tradisi lama serta hukum adat.
Kadang kala suku Baduy juga menyebut dirinya sebagai orang Kanekes, karena berada di Desa Kanekes. Mereka berada di wilayah Kecamatan Leuwidamar. Perkampungan mereka berada di sekitar aliran sungai Ciujung dan Cikanekes di Pegunungan Keundeng. Atau sekitar 172 km sebelah barat ibukota Jakarta dan 65 km sebelah selatan ibu kota Serang.
Masyarakat suku Baduy sendiri terbagi dalam dua kelompok. Kelompok terbesar disebut dengan Baduy Luar atau Urang Panamping yang tinggal disebelah utara Kanekes. Mereka berjumlah sekitar 7 ribuan yang menempati 28 kampung dan 8 anak kampung. Sementara di bagian selatannya dihuni masyarakat Baduy Dalam atau Urang Tangtu. Diperkirakan mereka berjumlah 800an orang yang tersebar di Kampung Cikeusik, Cibeo dan Cikartawana.
Kedua kelompok ini memang memiliki ciri yang beda. Bila Baduy Dalam menyebut Baduy Luar dengan sebutan Urang Kaluaran, sebaliknya Badui Luar menyebut Badui Dalam dengan panggilan Urang Girang atau Urang Kejeroan. Ciri lainnya, pakaian yang biasa dikenakan Baduy Dalam lebih didominasi berwarna putih-putih. Sedangkan, Baduy Luar lebih banyak mengenakan pakaian hitam dengan ikat kepala bercorak batik warna biru.
Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, masyarakat yang memiliki konsep inti kesederhanaan ini belum pernah mengharapkan bantuan dari luar. Mereka secara mandiri dengan cara bercocok tanam dan berladang. Selain itu mereka menjual hasil kerajinan seperti Koja dan Jarog(tas yang terbuat dari kulit kayu), tenunan berupa selendang, baju, celana, ikat kepala, sarung, golok, parang dan berburu.
Masyarakat Baduy sangat taat pada pimpinan yang tertinggi yang disebut Puun. Puun ini bertugas sebagai pengendali hukum adat dan tatanan kehidupan masyarakat yang menganut ajaran Sunda Wiwitan peninggalan nenek moyangnya. Setiap kampung di Baduy Dalam dipimpin oleh seorang Puun, yang tidak boleh meninggalkan kampungnya. Pucuk pimpinan adat dipimpin oleh Puun Tri Tunggal, yaitu Puun Sadi di Kampung Cikeusik, Puun Janteu
di Kampung Cibeo dan Puun Kiteu di Cikartawana.
Sedangkan wakilnya pimpinan adat ini disebut Jaro Tangtu yang berfungsi sebagai juru bicara dengan pemerintahan desa, pemerintah daerah atau pemerintah pusat. Di Baduy Luar sendiri mengenal sistem pemerintahan kepala desa yang disebut Jaro Pamerentah yang dibantu Jaro Tanggungan, Tanggungan dan Baris Kokolot.
Keberadaan masyarakat Baduy sendiri sering dikaitkan dengan Kerajaan Sunda (Pajajaran) di abad 15 dan 16. Saat itu, kerajaan Pajajaran yang berlokasi di Bogor memiliki pelabuhan dagang besar di Banten, termasuk alamnya perlu diamankan. Nah, tugas pengamanan ini dilakukan oleh pasukan khusus untuk mengelola kawasan berhutan lebat dan berbukit di wilayah Gunung Kendeng tersebut. Keberadaan pasukan ini yang diyakini sebagai cikal bakal suku Baduy.
Ada pula yang mempercayai awal kebedaraan suku Baduy, merupakan sisa-sisa pasukan Pajajaran yang setia pada Prabu Siliwangi. Mereka melarikan diri dari kejaran pasukan Sultan Banten dan Cirebon. Namun pada akhirnya, mereka dilindungi Kesultanan Banten dan diberi otonomi khusus.
Sumber : http://ekspresi-diri.blogspot.com
Benteng Speelwijk
Nama ku
Achmad Sufanto
00.01
Lokasi Benteng Speelwijk berada di daerah Banten Lama, Serang, tepat diseberang Vihara Avalokitesvara, hanya dipisahkan oleh sebuah sungai yang hampir mati karena dangkalnya. Anda akan melihat sisi Benteng Speelwijk ini saat menuju ke Vihara.
Benteng Speelwijk merupakan salah satu tanda yang tersisa tentang pendudukan tentara kolonial Belanda di Banten, selain bekas Istana Surosowan yang dihancurkan rata dengan tanah oleh tentara-tentara bayaran Daendels.
Tidak sebagaimana reruntuhan Istana Surosowan yang digembok, jalan masuk ke Benteng Speelwijk terbuka luas bagi para pengunjung yang berkeinginan untuk menjelajahinya.
Sungai yang kini nyaris mati di dekatBenteng Speelwijk itu dulu pernah bisa dilewati kapal. Menurut cerita orang setempat, sungai itu pernah dikeruk sebanyak tiga kali, namun tampaknya laju pendangkalannya sangat cepat. Tentu akan sangat baik jika sungai itu bisa dihidupkan kembali.
Tinggi dinding Benteng Speelwijktampaknya tidak kurang dari 5 meter, dengan pintu masuk yang kecil di setiap sisinya, yang membuat penyerbu akan sulit untuk memasukinya.
Namun kenyataan bahwa Benteng Speelwijk yang kuat itu kini tinggal reruntuhan telah membuktikan bahwa tidak ada satu pun yang abadi di dunia ini.
Lebar dinding Benteng Speelwijk itu sekitar 1 meter, lebih sempit dibandingkan dengan dinding benteng Istana Surosowan, namun cukup lebar bagi mereka yang ingin berjalan di atasnya.
Dari menara pengawas di atas Benteng Speelwijk ini penjaga bisa melihat kapal-kapal yang mendekati pantai dari arah Laut Jawa.
Pengunjung bisa berhenti di sungai Karangantu sebelum atau setelah berkunjung ke Benteng Speelwijk.
Sungainya masih berfungsi meskipun endapan lumpur terlihat meninggi di beberap bagian sungai.
Gerbang yang menandai jalan ke pelabuhan Karangantu. Sayang saya tidak menyempatkan pergi ke sana, karena mungkin menarik juga untuk berkunjung ke pelabuhan yang dulunya sangat ramai itu.
BENTENG SPEELWIJK
Desa Banten Kecamatan Kasemen
Kota Serang, Banten
GPS: -6.0306545, 106.1501652
Tidak ada tiket masuk, sumbangan diharapkan.
Akses
Cara tercepat untuk sampai ke Vihara Avalokitesvara adalah melalui tol Jakarta-Merak, keluar di pintu Serang Timur, jalan lurus menyeberangi lampu merah.
Pada pertigaan belok ke kiri masuk ke Jl. Ayip Usman
Sampai di ujung Jl Ayip Usman belok ke kanan masuk ke Jl. Raya Kasemen; ikuti jalan sampai bertemu pasar sebelum sebuah jembatan
Belok ke kiri sebelum jembatan menyusuri tepian sungai; dan belok ke kiri lagi saat bertemu pintu gerbang pelabuhan Karangantu
Di ujung jalan anda akan melihat sisi luar dari Benteng Speelwijk. Anda harus mengeilingi benteng untuk menemukan pintu masuk.
Sumber : http://thearoengbinangproject.com
Benteng Speelwijk merupakan salah satu tanda yang tersisa tentang pendudukan tentara kolonial Belanda di Banten, selain bekas Istana Surosowan yang dihancurkan rata dengan tanah oleh tentara-tentara bayaran Daendels.
Tidak sebagaimana reruntuhan Istana Surosowan yang digembok, jalan masuk ke Benteng Speelwijk terbuka luas bagi para pengunjung yang berkeinginan untuk menjelajahinya.
Sungai yang kini nyaris mati di dekatBenteng Speelwijk itu dulu pernah bisa dilewati kapal. Menurut cerita orang setempat, sungai itu pernah dikeruk sebanyak tiga kali, namun tampaknya laju pendangkalannya sangat cepat. Tentu akan sangat baik jika sungai itu bisa dihidupkan kembali.
Tinggi dinding Benteng Speelwijktampaknya tidak kurang dari 5 meter, dengan pintu masuk yang kecil di setiap sisinya, yang membuat penyerbu akan sulit untuk memasukinya.
Namun kenyataan bahwa Benteng Speelwijk yang kuat itu kini tinggal reruntuhan telah membuktikan bahwa tidak ada satu pun yang abadi di dunia ini.
Lebar dinding Benteng Speelwijk itu sekitar 1 meter, lebih sempit dibandingkan dengan dinding benteng Istana Surosowan, namun cukup lebar bagi mereka yang ingin berjalan di atasnya.
Dari menara pengawas di atas Benteng Speelwijk ini penjaga bisa melihat kapal-kapal yang mendekati pantai dari arah Laut Jawa.
Pengunjung bisa berhenti di sungai Karangantu sebelum atau setelah berkunjung ke Benteng Speelwijk.
Sungainya masih berfungsi meskipun endapan lumpur terlihat meninggi di beberap bagian sungai.
Gerbang yang menandai jalan ke pelabuhan Karangantu. Sayang saya tidak menyempatkan pergi ke sana, karena mungkin menarik juga untuk berkunjung ke pelabuhan yang dulunya sangat ramai itu.
BENTENG SPEELWIJK
Desa Banten Kecamatan Kasemen
Kota Serang, Banten
GPS: -6.0306545, 106.1501652
Tidak ada tiket masuk, sumbangan diharapkan.
Akses
Cara tercepat untuk sampai ke Vihara Avalokitesvara adalah melalui tol Jakarta-Merak, keluar di pintu Serang Timur, jalan lurus menyeberangi lampu merah.
Pada pertigaan belok ke kiri masuk ke Jl. Ayip Usman
Sampai di ujung Jl Ayip Usman belok ke kanan masuk ke Jl. Raya Kasemen; ikuti jalan sampai bertemu pasar sebelum sebuah jembatan
Belok ke kiri sebelum jembatan menyusuri tepian sungai; dan belok ke kiri lagi saat bertemu pintu gerbang pelabuhan Karangantu
Di ujung jalan anda akan melihat sisi luar dari Benteng Speelwijk. Anda harus mengeilingi benteng untuk menemukan pintu masuk.
Sumber : http://thearoengbinangproject.com
Melongok Sejarah "Syekh Muhammad Sholeh" Yang Dimakamkan di Gunung Santri
Nama ku
Achmad Sufanto
23.56
Gunung santri merupakan salah satu bukit dan nama kampung yang ada di Desa Bojonegara Kecamatan Bojonegara Kabupaten Serang Daerah ini berada di sebelah barat laut daerah pantai utara 7 Kilometer dari Kota Cilegon.
Letak gunung santri berada ditengah dikelilingi gugusan gunung-gunung yang memanjang dimulai dari pantai dan berakhir pada gunung induk yaitu gunung gede.
Di puncak gunung santri terdapat makan seorang wali yaitu Syekh Muhammad Sholeh, jarak tempuh dari kaki bukit menuju puncak bejarak 500 M hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki.
Kampung di sekitar gunung santri antara lain Kejangkungan, Lumajang, Ciranggon, Beji, Gunung Santri dan Pangsoran. Di kaki bukit sebelah utara di kampung Beji terdapat masjid kuno yang seumur dengan masjid Banten lama yaitu Masjid Beji yang merupakan masjid bersejarah yang masih kokoh tegak berdiri sesuai dengan bentuk aslinya sejak zaman Kesultanan Banten yang kala itu Sultan Hasanudin memimpin Banten.
Syekh Muhammad Sholeh adalah Santri dari Sunan Ampel, setelah menimba ilmu beliau menemui Sultan Syarif Hidayatullah atau lebih di kenal dengan gelar Sunan Gunung Jati (ayahanda dari Sultan Hasanudin) pada masa itu penguasa Cirebon. Dan Syeh Muhamad Sholeh diperintahkan oleh Sultan Syarif Hidayatullah untuk mencari putranya yang sudah lama tidak ke Cirebon dan sambil berdakwah yang kala itu Banten masih beragama hindu dan masih dibawah kekuasaan kerajaan pajajaran yang dipimpin oleh Prabu Pucuk Umun dengan pusat pemerintahanya berada di Banten Girang.
Sesuai ketelatennya akhirnya Syekh Muhammad Sholeh pun bertemu Sultan Hasanudin di Gunung Lempuyang dekat kampung Merapit Desa UkirSari Kec. Bojonegara yang terletak di sebelah barat pusat kecamatan yang sedang Bermunajat kepada Allah SWT. Setelah memaparkan maksud dan tujuannya, Sultan Hasanudin pun menolak untuk kembali ke Cirebon.
Karena kedekatannya dengan ayahnya Sultan Hasanudin yaitu Syarif Hidayatullah, akhirnya Sultan Hasanudin pun mengangkat Syekh Muhammad Sholeh untuk menjadi pengawal sekaligus penasehat dengan julukan “Cili Kored” karena berhasil dengan pertanian dengan mengelola sawah untuk hidup sehari-hari dengan julukan sawah si derup yang berada di blok Beji.
Syiar agam Islam yang dilakukan Sultan Hasanudin mendapat tantangan dari Prabu Pucuk Umun, karena berhasil menyebarkan agama Islam di Banten sampai bagian Selatan Gunung Pulosari (Gunung Karang) dan Pulau Panaitan Ujung Kulon. Keberhasilan ini mengusik Prabu Pucuk Umun karena semakin kehilangan pengaruh, dan menantang Sultan Hasanudin untuk bertarung dengan cara mengadu ayam jago dan sebagai taruhannya akan dipotong lehernya, tantangan Prabu Pucuk umun diterima oleh sultan Hasanudin.
Setelah Sultan Hasanudin bermusyawarah dengan pengawalnya Syekh Muhamad Soleh, akhirnya disepakati yang akan bertarung melawan Prabu Pucuk Umun adalah Syekh Muhamad Sholeh yang bisa menyerupai bentuk ayam jago seperti halnya ayam jago biasa. Hal ini terjadi karena kekuasaan Allah SWT.
Pertarungan dua ayam jago tersebut berlangsung seru namun akhirnya ayam jago milik Sultan Maulana Hasanudin yang memenangkan pertarungan dan membawa ayam jago tersebut kerumahnya.
Ayam jago tersebut berubah menjadi sosok Syekh Muhammad Sholeh sekembalinya di rumah Sultan Maulana Hasanudin. Akibat kekalahan adu ayam jago tersebut Prabu Pucuk Umun pun tidak terima dan mengajak berperang Sultan Maulana Hasanudin, mungkin sedang naas pasukan Prabu Pucuk Umun pun kalah dalam perperangan dan mundur ke selatan bersembunyi di pedalaman rangkas yang sekarang dikenal dengan suku Baduy.
Setelah selesai mengemban tugas dari Sultan Maulana Hasanudin, Syekh Muhammad Sholeh pun kembali ke kediamannya di Gunung santri dan melanjutkan aktifitasnya sebagai mubaligh dan menyiarkan agama Islam kembali. Keberhasilan Syekh Muhammad Sholeh dalam menyebarkan agama Islam di pantai utara banten ini didasari dengan rasa keihlasan dan kejujuran dalam menanamkan tauhid kepada santrinya, semua itu patut di teladani oleh kita semua oleh generasi penerus untuk menegakkan amal ma’rup nahi mungkar.
Beliau Wafat pada usia 76 Tahun dan beliau berpesan kepada santrinya jika ia wafat untuk dimakamkan di Gunung Santri dan di dekat makan beliau terdapat pengawal sekaligus santri syekh Muhammad Sholeh yaitu makam Malik, Isroil, Ali dan Akbar yang setia menemani syekh dalam meyiarkan agama Islam. Syekh Muhammad Sholeh wafat pada tahun 1550 Hijriah/958 M.
Jalan menuju makam Waliyullah tersebut mencapai kemiringan 70-75 Derajat sehingga membutuhkan stamina yang prima untuk mencapai tujuan jika akan berziarah. Jarak tempuh dari tol cilegon Timur 6 KM kearah Utara Bojonegara, jika dari Kota Cilegon melalui jalan Eks Matahari lama sekarang menjadi gedung Cilegon Trade Center 7 KM kearah utara Bojonegara disarikan dari buku “Gunung Santri Objek Wisata Religius”
Kisah Inspiratif "KETABAHAN SEORANG ISTRI"
Nama ku
Achmad Sufanto
23.48
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Kisah ini mungkin sudah berlalu sangat lama kurang lebih beberapa tahun yang lalu. Tapi semua itu masih lekat tersimpan dalam benak saya. Betapa saat itu saya melihat seorang wanita dengan sangat tabah dan tegar mengantar kepergian sang suami tercinta ke pangkuan sang Khaliq.
Terbayang dalam benakku peristiwa 12 tahun lalu, gambaran keceriaan seorang istri yang baru saja mengetahui dirinya hamil. Dialah Ikah Triningsih. Yah.. saya masih ingat.. peristiwa ini terjadi sebelum kepergian suaminya, di bulan April 2000.
Dibonceng suaminya yang mengendarai motor, Ikah memberi kabar gembira kepada ibunya, "Ibu.. Ibu.. Alhamdulillah Ade hamil", katanya di sela-sela deruan motor. Tak sempat berhenti, kabar inipun disambut gembira sang ibu dengan memberi isyarat acungan jempol. Ternyata pasangan muda itu baru saja pulang dari pemeriksaan bidan.
Kebetulan di tengah jalan bertemu ibunya Ikah yang sedang belanja. Alhamdulillah…kabar gembira itu pun tersebar di kalangan keluarga besar, tak lupa pula mereka menyampaikan kabar ini kepada kedua anaknya di rumah.
Hari-hari selanjutnya adalah hari-hari yang terwarnai mual dan pusing, sampai akhirnya Ikah harus dirawat di rumah sakit. "Ibu diopname saja ya, harus diinfus", dokter menjelaskan pentingnya dirawat di rumah sakit. Sebab, Ikah terlalu sering muntah sehingga kekurangan cairan, sementara asupan makanan tidak sebanding.
Setelah perawatan di rumah sakit selama satu minggu, kondisi Ikah semakin membaik. Saat itu janin dalam kandungannya sudah memasuki empat bulan. Hari-hari di rumah kembali ceria bersama anak dan suami.
Namun ternyata perjuangan Ikah belum berakhir. Tiba-tiba kondisi kesehatan suaminya menurun drastis. Rambutnya mulai rontok, nafsu makan berkurang dan tubuhnya semakin kurus. Ikah heran, mengapa hal ini cepat terjadi.
Tanpa Ikah ketahui, sebenarnya penyakit yang diderita suaminya sudah lama. Sejak Ikah dirawat di rumah sakit, penyakit suaminya sudah mulai serius. Hanya karena rasa cinta yang mendalam dan tak ingin memberatkan istri, sang suami tak pernah mengeluh apalagi bercerita tentang kondisi sebenarnya. Maklum saja, biaya berobat sangat mahal.
Suami Ikah hanya ingin mengalokasikan uang yang terbatas untuk perawatan istri di rumah sakit, sampai-sampai ia mengabaikan kepentingan dirinya sendiri.
Alhamdulillah Ikah memiliki keluarga besar yang ringan tangan. Salah seorang adik laki-lakinya kerap kali menjenguk dan bahkan turut membantu keuangan kakaknya yang sedang ditimpa musibah.
Padahal dia sendiri punya tanggungan keluarga: istri dan dua orang anak yang masih kecil. Atas saran adik, akhirnya Ikah membawa suaminya ke pengobatan alternatif tradisional .
Namun pengobatan alternatif ternyata bukan pula solusi kesembuhan. Hanya dalam hitungan dua minggu setelah Ikah keluar dari rumah sakit, terpaksa kini giliran Ikah mengatarkan suami ke rumah sakit. Padahal kondisi kesehatan dirinya sendiri belum lagi pulih seperti sedia kala.
Tak berapa lama menjalani perawatan di rumah sakit, suaminya mengalami koma. Hati istri mana yang tak pilu melihat suaminya dalam kondisi seperti itu. Sambil berdoa dan mengelus-elus janin di perutnya yang semakin membesar, Ikah dengan tabahnya mendampingi suami di rumah sakit.
Hanya sempat dirawat dua hari, dokter yang menangani akhirnya angkat tangan dan merujuk ke rumah sakit yang lebih besar. Alasannya, di rumah sakit yang lebih besar peralatannya lebih lengkap. "Suami Ibu harus cuci darah", demikian jelas dokter yang menangani. Dokter menduga suami Ikah mengalami kerusakan ginjal sehingga meracuni otak kecil.
Ikah sempat bimbang, dari mana ia mendapatkan biaya pengobatan yang begitu besar. Rumah sakit yang menjadi rujukan dokter termasuk rumah sakit yang mahal. Namun kekuatan iman membuat ia kembali tegar.
Tak sedikitpun ia mengeluh, Ikah yakin betul semuanya adalah cobaan dari Allah. Dengan mantap Ikah menyetujui pindah rumah sakit. Saat itu, sudah tidak ada alternatif rumah sakit lain yang murah tapi juga dilengkapi peralatan cuci darah.
Sesampainya di rumah sakit besar, dokter segera bertindak. Saat itu kakak kandung Ikahlah yang menyelesaikan urusan administrasi. Allah Maha Tahu batas kemampuan hambaNya dan Maha Pengabul doa seorang istri.
Semua proses administrasi berjalan mudah. Saat diminta menandatangani persetujuan tindakan cuci darah, kakak Ikah sempat berterus terang, "Dok.. kami belum punya biaya pengobatan." Sambil tersenyum, dokter menjawab, "Bu…saya hanya minta tanda tangan, karena bila tidak segera cuci darah, adik ipar Ibu akan meninggal".
Mendengar penjelasan dokter, Ikah sangat bersyukur tapi sekaligus tersadar betapa gawat kondisi suaminya. Tak urung Ikah menangis sambil merangkul kakaknya, "Teh …. saya masih mau bersamanya, saya belum sanggup untuk hidup sendiri". Dengan kerongkongan yang tercekat menahan tangis si kakak menimpali, "Sabar ya, kalau memang itu harus terjadi, kan ada Allah dan Teteh yang selalu bersama kamu."
Satu minggu sudah sang suami di rumah sakit dan dalam satu minggu itu pula suaminya menjalani tiga kali cuci darah. Alhamdulillah kondisinya semakin membaik dan dokter membolehkan pulang. Itupun karena permintaan pasien yang khawatir biaya pengobatan membengkak.
Sesampainya di rumah, mulailah Ikah dengan sabar dan telaten merawat suami dan membeli obat-obatan. Kini Ikah menjadi tulang punggung keluarganya sendiri, merangkap menjadi ibu sekaligus ayah bagi anak-anaknya. Ikah tahu diri dan tak ingin selalu merepotkan kakak maupun adiknya. Oleh sebab itu ia mencoba mencari penghasilan sendiri dengan menjual barang-barang di rumahnya.
Allah ternyata masih menguji ketabahan Ikah. Selama perawatan di rumah, tiba-tiba suaminya kembali koma dan harus segera dilarikan ke rumah sakit untuk cuci darah. Lagi-lagi Ikah harus tabah menyaksikan suaminya cuci darah.
Di sela-sela ketabahannya, Ikah memanjatkan doa kepada Allah yang Maha Kuasa, "Ya Allah jangan dulu mengambil suamiku, aku belum sanggup untuk ditinggal." Bulir-bulir air mata Ikah, sering kali meluncur saat melantunkan doa nya. Suatu hal yang sangat manusiawi, seorang istri tidak ingin kehilangan suaminya. Dua hari setelah cuci darah yang ketujuh suami Ikah kembali payah, padahal sebelumnya sempat membaik.
Menyadari penderitaan suaminya yang amat sangat, Ikah terlihat begitu pasrah, biarlah Allah menentukan apa yang terbaik bagi suaminya. Bahkan menurut dokter kerusakan ginjal sudah mencapai pada otak besar. Betapa pilu hati Ikah melihat dan keringat yang keluar dari tubuh suaminya bukan lagi cairan bening melainkan darah dan matanyapun sudah tidak dapat melihat lagi.
Dengan penuh kasih sayang Ikah menyeka buliran darah yang keluar dari tubuh suaminya, sambil terus memberi semangat suami. Kesedihan hati Ikah mencapai titik puncak di saat dia melihat suaminya sudah tidak lagi bisa makan dan minum dengan normal.
Tepat pada haru Sabtu 2 September 2000, pagi itu si suami minta Ikah agar mengantarnya ke kamar kecil untuk buang air besar. Inilah terakhir kali Ikah memapah dan membersihkan suaminya setelah buang hajat. Setelah itu suaminya memohon agar adik laki-laki Ikah untuk datang. Inikah tanda perpisahan semakin dekat? Hati kecil Ikah membantin. Kepada sang adik ipar suami Ikah mohon diantarkan pergi menemui seorang tabib yang pernah mengobatinya.
Ditemani juga dengan istri dan anaknya, disana ia minta dibacakan ayat-ayat suci Al-Quran. Saat itu kondisi suami Ikah sudah semakin parah, ia sudah tidak bisa bergerak. Dengan mata nanar namun masih sadar, di atas pangkuan Ikah, suaminya lamat-lamat mengikuti lantunan ayat suci Al-Quran.
Inilah detik-detik perpisahan seorang suami dengan istrinya, seorang bapak dengan anaknya. Si Kecil Nisa yang baru berumur lima tahun terisak melihat papanya menghadapi sakaratul maut, ia tahu papanya akan meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.
Sebelum ajal datang menjemput, suami Ikah sempat berpesan kepada adik iparnya untuk menjaga Ikah. Kepada istri tercinta, ia pun sempat berpesan, bila kelak janin yang dikandungnya lahir adalah anak laki-laki supaya diberi nama Lutfy.
Sebelum menghembuskan nafas yang terakhir ia berpamitan kepada Ikah. Sedangkan Ikah hanya dapat berkata tulus, "Pergilah Pa. Ummi ikhlas kok. Semoga ini adalah yang terbaik buat Papa." Kalimat itu begitu lancar meluncur dengan penuh kelembutan dan ketenangan tanpa sedikitpun menitikkan air mata. Sekejap suasana keharuan menyeruak dalam ruangan.
Pemandangan apa lagi yang mengharukan, yang membuat hati begitu sangat tersentuh, melihat seorang istri yang sedang hamil lima bulan sementara suaminya meninggal dalam pangkuannya.
Tak sedikitpun si istri mengeluarkan air mata, hanya kepasrahan dan keikhlasan yang nampak pada raut wajahnya. Sementara si kecil Nisa hanya memandang dari jauh sambil terisak. Dia tahu bapaknya telah pergi untuk selamanya.
Ya Allah, Engkau Maha Tahu kekuatan dan kesiapan setiap hamba, dan sudah Engkau tuliskan di Lah Mahfuz cobaan apa saja yang akan menimpa setiap hambaMu. Maka tabahkanlah dan beri kekuatan untuk seorang istri yang kini harus merawat tiga anak yatim.
Itulah kekuasaan Allah. Maka bila ajal telah datang tidak dapat lagi dimundurkan atau dimajukan. Suami hanyalah titipan Allah. Sesungguhnya segala sesuatu itu akan kembali kepada sang Pemilik.
~~~
Seperti yang dituturkan Ummu Mufais kepada Kharisma, saat mengenang kepergian sang kakak iparnya.
~ o ~
Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ...
Silahkan DICOPAS atau DI SHARE .. jika menurut sahabat note ini bermanfaat ....
#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#
------------------------------------------------
.... Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa'atuubu Ilaik ...
Terbayang dalam benakku peristiwa 12 tahun lalu, gambaran keceriaan seorang istri yang baru saja mengetahui dirinya hamil. Dialah Ikah Triningsih. Yah.. saya masih ingat.. peristiwa ini terjadi sebelum kepergian suaminya, di bulan April 2000.
Dibonceng suaminya yang mengendarai motor, Ikah memberi kabar gembira kepada ibunya, "Ibu.. Ibu.. Alhamdulillah Ade hamil", katanya di sela-sela deruan motor. Tak sempat berhenti, kabar inipun disambut gembira sang ibu dengan memberi isyarat acungan jempol. Ternyata pasangan muda itu baru saja pulang dari pemeriksaan bidan.
Kebetulan di tengah jalan bertemu ibunya Ikah yang sedang belanja. Alhamdulillah…kabar gembira itu pun tersebar di kalangan keluarga besar, tak lupa pula mereka menyampaikan kabar ini kepada kedua anaknya di rumah.
Hari-hari selanjutnya adalah hari-hari yang terwarnai mual dan pusing, sampai akhirnya Ikah harus dirawat di rumah sakit. "Ibu diopname saja ya, harus diinfus", dokter menjelaskan pentingnya dirawat di rumah sakit. Sebab, Ikah terlalu sering muntah sehingga kekurangan cairan, sementara asupan makanan tidak sebanding.
Setelah perawatan di rumah sakit selama satu minggu, kondisi Ikah semakin membaik. Saat itu janin dalam kandungannya sudah memasuki empat bulan. Hari-hari di rumah kembali ceria bersama anak dan suami.
Namun ternyata perjuangan Ikah belum berakhir. Tiba-tiba kondisi kesehatan suaminya menurun drastis. Rambutnya mulai rontok, nafsu makan berkurang dan tubuhnya semakin kurus. Ikah heran, mengapa hal ini cepat terjadi.
Tanpa Ikah ketahui, sebenarnya penyakit yang diderita suaminya sudah lama. Sejak Ikah dirawat di rumah sakit, penyakit suaminya sudah mulai serius. Hanya karena rasa cinta yang mendalam dan tak ingin memberatkan istri, sang suami tak pernah mengeluh apalagi bercerita tentang kondisi sebenarnya. Maklum saja, biaya berobat sangat mahal.
Suami Ikah hanya ingin mengalokasikan uang yang terbatas untuk perawatan istri di rumah sakit, sampai-sampai ia mengabaikan kepentingan dirinya sendiri.
Alhamdulillah Ikah memiliki keluarga besar yang ringan tangan. Salah seorang adik laki-lakinya kerap kali menjenguk dan bahkan turut membantu keuangan kakaknya yang sedang ditimpa musibah.
Padahal dia sendiri punya tanggungan keluarga: istri dan dua orang anak yang masih kecil. Atas saran adik, akhirnya Ikah membawa suaminya ke pengobatan alternatif tradisional .
Namun pengobatan alternatif ternyata bukan pula solusi kesembuhan. Hanya dalam hitungan dua minggu setelah Ikah keluar dari rumah sakit, terpaksa kini giliran Ikah mengatarkan suami ke rumah sakit. Padahal kondisi kesehatan dirinya sendiri belum lagi pulih seperti sedia kala.
Tak berapa lama menjalani perawatan di rumah sakit, suaminya mengalami koma. Hati istri mana yang tak pilu melihat suaminya dalam kondisi seperti itu. Sambil berdoa dan mengelus-elus janin di perutnya yang semakin membesar, Ikah dengan tabahnya mendampingi suami di rumah sakit.
Hanya sempat dirawat dua hari, dokter yang menangani akhirnya angkat tangan dan merujuk ke rumah sakit yang lebih besar. Alasannya, di rumah sakit yang lebih besar peralatannya lebih lengkap. "Suami Ibu harus cuci darah", demikian jelas dokter yang menangani. Dokter menduga suami Ikah mengalami kerusakan ginjal sehingga meracuni otak kecil.
Ikah sempat bimbang, dari mana ia mendapatkan biaya pengobatan yang begitu besar. Rumah sakit yang menjadi rujukan dokter termasuk rumah sakit yang mahal. Namun kekuatan iman membuat ia kembali tegar.
Tak sedikitpun ia mengeluh, Ikah yakin betul semuanya adalah cobaan dari Allah. Dengan mantap Ikah menyetujui pindah rumah sakit. Saat itu, sudah tidak ada alternatif rumah sakit lain yang murah tapi juga dilengkapi peralatan cuci darah.
Sesampainya di rumah sakit besar, dokter segera bertindak. Saat itu kakak kandung Ikahlah yang menyelesaikan urusan administrasi. Allah Maha Tahu batas kemampuan hambaNya dan Maha Pengabul doa seorang istri.
Semua proses administrasi berjalan mudah. Saat diminta menandatangani persetujuan tindakan cuci darah, kakak Ikah sempat berterus terang, "Dok.. kami belum punya biaya pengobatan." Sambil tersenyum, dokter menjawab, "Bu…saya hanya minta tanda tangan, karena bila tidak segera cuci darah, adik ipar Ibu akan meninggal".
Mendengar penjelasan dokter, Ikah sangat bersyukur tapi sekaligus tersadar betapa gawat kondisi suaminya. Tak urung Ikah menangis sambil merangkul kakaknya, "Teh …. saya masih mau bersamanya, saya belum sanggup untuk hidup sendiri". Dengan kerongkongan yang tercekat menahan tangis si kakak menimpali, "Sabar ya, kalau memang itu harus terjadi, kan ada Allah dan Teteh yang selalu bersama kamu."
Satu minggu sudah sang suami di rumah sakit dan dalam satu minggu itu pula suaminya menjalani tiga kali cuci darah. Alhamdulillah kondisinya semakin membaik dan dokter membolehkan pulang. Itupun karena permintaan pasien yang khawatir biaya pengobatan membengkak.
Sesampainya di rumah, mulailah Ikah dengan sabar dan telaten merawat suami dan membeli obat-obatan. Kini Ikah menjadi tulang punggung keluarganya sendiri, merangkap menjadi ibu sekaligus ayah bagi anak-anaknya. Ikah tahu diri dan tak ingin selalu merepotkan kakak maupun adiknya. Oleh sebab itu ia mencoba mencari penghasilan sendiri dengan menjual barang-barang di rumahnya.
Allah ternyata masih menguji ketabahan Ikah. Selama perawatan di rumah, tiba-tiba suaminya kembali koma dan harus segera dilarikan ke rumah sakit untuk cuci darah. Lagi-lagi Ikah harus tabah menyaksikan suaminya cuci darah.
Di sela-sela ketabahannya, Ikah memanjatkan doa kepada Allah yang Maha Kuasa, "Ya Allah jangan dulu mengambil suamiku, aku belum sanggup untuk ditinggal." Bulir-bulir air mata Ikah, sering kali meluncur saat melantunkan doa nya. Suatu hal yang sangat manusiawi, seorang istri tidak ingin kehilangan suaminya. Dua hari setelah cuci darah yang ketujuh suami Ikah kembali payah, padahal sebelumnya sempat membaik.
Menyadari penderitaan suaminya yang amat sangat, Ikah terlihat begitu pasrah, biarlah Allah menentukan apa yang terbaik bagi suaminya. Bahkan menurut dokter kerusakan ginjal sudah mencapai pada otak besar. Betapa pilu hati Ikah melihat dan keringat yang keluar dari tubuh suaminya bukan lagi cairan bening melainkan darah dan matanyapun sudah tidak dapat melihat lagi.
Dengan penuh kasih sayang Ikah menyeka buliran darah yang keluar dari tubuh suaminya, sambil terus memberi semangat suami. Kesedihan hati Ikah mencapai titik puncak di saat dia melihat suaminya sudah tidak lagi bisa makan dan minum dengan normal.
Tepat pada haru Sabtu 2 September 2000, pagi itu si suami minta Ikah agar mengantarnya ke kamar kecil untuk buang air besar. Inilah terakhir kali Ikah memapah dan membersihkan suaminya setelah buang hajat. Setelah itu suaminya memohon agar adik laki-laki Ikah untuk datang. Inikah tanda perpisahan semakin dekat? Hati kecil Ikah membantin. Kepada sang adik ipar suami Ikah mohon diantarkan pergi menemui seorang tabib yang pernah mengobatinya.
Ditemani juga dengan istri dan anaknya, disana ia minta dibacakan ayat-ayat suci Al-Quran. Saat itu kondisi suami Ikah sudah semakin parah, ia sudah tidak bisa bergerak. Dengan mata nanar namun masih sadar, di atas pangkuan Ikah, suaminya lamat-lamat mengikuti lantunan ayat suci Al-Quran.
Inilah detik-detik perpisahan seorang suami dengan istrinya, seorang bapak dengan anaknya. Si Kecil Nisa yang baru berumur lima tahun terisak melihat papanya menghadapi sakaratul maut, ia tahu papanya akan meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.
Sebelum ajal datang menjemput, suami Ikah sempat berpesan kepada adik iparnya untuk menjaga Ikah. Kepada istri tercinta, ia pun sempat berpesan, bila kelak janin yang dikandungnya lahir adalah anak laki-laki supaya diberi nama Lutfy.
Sebelum menghembuskan nafas yang terakhir ia berpamitan kepada Ikah. Sedangkan Ikah hanya dapat berkata tulus, "Pergilah Pa. Ummi ikhlas kok. Semoga ini adalah yang terbaik buat Papa." Kalimat itu begitu lancar meluncur dengan penuh kelembutan dan ketenangan tanpa sedikitpun menitikkan air mata. Sekejap suasana keharuan menyeruak dalam ruangan.
Pemandangan apa lagi yang mengharukan, yang membuat hati begitu sangat tersentuh, melihat seorang istri yang sedang hamil lima bulan sementara suaminya meninggal dalam pangkuannya.
Tak sedikitpun si istri mengeluarkan air mata, hanya kepasrahan dan keikhlasan yang nampak pada raut wajahnya. Sementara si kecil Nisa hanya memandang dari jauh sambil terisak. Dia tahu bapaknya telah pergi untuk selamanya.
Ya Allah, Engkau Maha Tahu kekuatan dan kesiapan setiap hamba, dan sudah Engkau tuliskan di Lah Mahfuz cobaan apa saja yang akan menimpa setiap hambaMu. Maka tabahkanlah dan beri kekuatan untuk seorang istri yang kini harus merawat tiga anak yatim.
Itulah kekuasaan Allah. Maka bila ajal telah datang tidak dapat lagi dimundurkan atau dimajukan. Suami hanyalah titipan Allah. Sesungguhnya segala sesuatu itu akan kembali kepada sang Pemilik.
~~~
Seperti yang dituturkan Ummu Mufais kepada Kharisma, saat mengenang kepergian sang kakak iparnya.
~ o ~
Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ...
Silahkan DICOPAS atau DI SHARE .. jika menurut sahabat note ini bermanfaat ....
#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#
------------------------------------------------
.... Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa'atuubu Ilaik ...
Langganan:
Postingan (Atom)